Tetaplah Berprasangka Baik

Tetaplah Berprasangka Baik

Jangan mudah terpengaruh dan terhasut prasangka buruk

(1). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Jauhilah dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa”

(QS. Al-Hujurat [49]: 12)

(2). Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

“Janganlah engkau berprasangka yang buruk terhadap kalimat yang diucapkan oleh saudaramu, sedang engkau masih menemukan kemungkinan makna yang baik dalam ucapannya itu” 

(Al-Adab Asy-Syar’iyah II/418)

(3). Imam Abu Qilabah berkata :

“Apabila telah sampai kepadamu suatu berita tentang saudaramu yaitu tentang perkara yang engkau membencinya, maka carikanlah ‘udzur (alasan) untuknya. Jika engkau tidak mendapatkan ‘udzur untuknya maka katakanlah : “Mungkin ada ‘udzur (lain) baginya yang tidak aku ketahui” 

(Raudhatul ‘Uqalaa’ wa Nuzhatul Fudhalaa’ hal 184)

(4). Imam Abdullah bin Muhammad bin Manazil berkata :

“Seorang mukmin itu selalu mencari-cari ‘udzur (alasan) untuk saudara2-nya, dan seorang munafik itu selalu mencari-cari kesalahan saudara2-nya” 

(Syu’abul Iman lil Baihaqi VII/11197)

(5). Imam al-‘Utsaimin berkata :

“Wajib bagi setiap orang untuk melihat pada dirinya, apakah dia penolong bagi saudaranya dikala ada dan tidak ada, ataukah dia tidak menolongnya kecuali di waktu ada, lalu dia memakan bangkai saudaranya itu dengan cara menggibahinya? 

Apabila demikian kondisinya maka dia mirip dengan (sifat) orang-orang munafik, dan jauh dari sifat orang-orang beriman. 

Karena orang-orang yang beriman itu menjadi penolong bagi sebagian mukmin lainnya, membela sebagian dengan sebagian lainnya, dan mencarikan baginya ‘udzur (alasan), dan juga tidak senang apabila sesuatu itu menimpanya” 

(Syarah ‘Ala Iqtidhaa’is Shiraathil Mustaqiim hal 38)

 

Sumber: Ustadz Najmi Umar Bakkar